Sabtu, 15 November 2014

TUGAS ARSITEKTUR LINGKUNGAN
TUGAS 4


ISU /POTENSI ALAM MENJADI MODAL POKOK PERENCANANAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

Arsitektur terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat dan budaya. Sudah banyak inovasi-inovasi bangunan yang dilakukan. Baik dalam hal material, cara membangun, maupun bentuk dari bangunan itu sendiri. Namun sayangnya banyak dari bangunan tersebut yang dibuat dengan tanpa memperhatikan aspek lingkungan untuk jangka panjang. Sehingga menjadi timbul masalah baru yang membawa dampak negatif kepada lingkungan itu sendiri.

Hal tersebut diperparah dengan kondisi iklim yang semakin memburuk dan dampaknya sudah sebagian dapat kita rasakan saat ini. Isu ini sudah berkembang menjadi isu global yang biasa kita dengar yaitu global warming.

Bila hal ini tidak dipikirkan bagaimana penyelesaiannya, entah apa yang akan terjadi pada bumi kita akibat perkembangan dalam bidang arsitektur khususnya. Oleh karena itu saat ini kita harus mulai bertindak! Arsitektur berkelanjutan atau yang biasa dikenal dengan Sustainable architecture lahir sebagai salah satu aksi yang harus kita lakukan untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan.

Arsitektur berkelanjutan memiliki banyak pengertian dari berbagai pihak. Beberapa diantaranya adalah pengertian yang dikutip dari buku James Steele, Suistainable Architecture adalah, ”Arsitektur yang memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang, dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Kebutuhan itu berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain, dari satu kawasan ke kawasan lain dan paling baik bila ditentukan oleh masyarakat terkait. ”

Secara umum, pengertian dari arsitektur berkelanjutan adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. Kerusakan alam akibat eksploitasi sumber daya alam telah mencapai taraf pengrusakan secara global, sehingga lambat tetapi pasti, bumi akan semakin kehilangan potensinya untuk mendukung kehidupan manusia, akibat dari berbagai eksploitasi terhadap alam tersebut.

Arsitektur berkelanjutan merupakan konsekuensi dari komitmen internasional tentang pembangunan berkelanjutan, karena arsitektur berkaitan erat dan fokus perhatiannya kepada faktor manusia dengan menitikberatkan pada pilar utama konsep pembangunan berkelanjutan yaitu aspek lingkungan binaan dengan pengembangan lingkungannya, di samping pilar pembangunan ekonomi dan sosial.

Pembangunan berkelanjutan itu sendiri adalah suatu pola penggunaan sumber daya yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia sambil menjaga lingkungan sehingga kebutuhan tersebut dapat dipenuhi tidak hanya di masa kini, tetapi juga untuk generasi mendatang. Istilah ini digunakan oleh Komisi Brundtland yang menciptakan apa yang telah menjadi yang paling sering dikutip definisi pembangunan berkelanjutan sebagai pembangunan yang “memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Pembangunan berkelanjutan bersama-sama ikatan kepedulian terhadap kapasitas dari sistem alam dengan tantangan sosial kemanusiaan. Pada awal tahun 1970-an “keberlanjutan” adalah digunakan untuk menggambarkan suatu perekonomian “dalam kesetimbangan dengan dukungan ekologi dasar sistem.” Para ahli ekologi telah menunjuk ke The Limits to Growth, Dan disajikan alternatif yang “mapan ekonomi rangka mengatasi masalah-masalah lingkungan.

Bidang pembangunan berkelanjutan dapat secara konseptual dibagi menjadi tiga bagian-bagian penyusunnya: lingkungan keberlanjutan, ekonomi keberlanjutan dan sosial politik berkelanjutan.
Pada tahun 1987, Perserikatan Bangsa-Bangsa merilis Laporan Brundtland, yang mendefinisikan pembangunan berkelanjutan sebagai “pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.”

Namun konsep “Pembangunan Berkelanjutan” ini juga menimbulkan beberapa kritik pada tingkat yang berbeda. Berbagai penulis komentar pada kontrol populasi agenda yang tampaknya mendasari konsep pembangunan berkelanjutan.
Maria Sophia Aguirre menulis:

“Pembangunan berkelanjutan adalah suatu pendekatan kebijakan yang telah memperoleh cukup banyak popularitas dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di kalangan internasional. Dengan melampirkan interpretasi spesifik untuk keberlanjutan, kebijakan pengendalian penduduk telah menjadi pendekatan pembangunan yang berlebihan, sehingga menjadi alat utama yang digunakan untuk “mempromosikan” pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang dan untuk melindungi lingkungan. ”

“Pembangunan berkelanjutan terus berevolusi seperti yang melindungi sumber daya dunia sementara agenda sejati untuk mengontrol sumber daya di dunia. Perlu dicatat bahwa Agenda 21 set up infrastruktur global diperlukan untuk mengelola, menghitung, dan mengendalikan semua aset di dunia. “


Perkembangan pembangunan sendiri saat ini, mengacu pada pembangunan yang ekologis, yaitu pembangunan yang memperhatikan lingkungan dan isu-isu global. Sehingga menimbulkan pembaharuan dalam bidang perancangan arsitektur. Berdasarkan kerusakan pada sumber daya alam dan kehilangan sumber penghidupan manusia secara global, maka kebutuhan dasar manusia berwawasan lingkungan harus disadari secara benar.

Tugas Arsitektur Lingkungan
Tugas 3

CONTOH BANGUNAN EKO ARSOTEKTUR

1.BCA SINGAPURA

Building and Construction Academy (BCA) telah memberi contoh bagaimana sebuah bangunan bisa disebut hijau (green). BCA membangun kembali gedungnya yang disebut BCA Academy hingga menjadi sebuah kompleks bangunan yang disebut zero energy building (ZEP) atau bangunan nol energi.

Disebut nol energi karena bangunan yang dirancang oleh DP Architect itu memproduksi energi untuk keperluan sehari-hari dengan menggunakan panel tenaga matahari. BCA Academy juga memanfaatkan kekayaan alam semaksimal mungkin.

Selain menggunakan tenaga matahari sebagai sumber energi, mereka juga menampung air hujan untuk digunakan sebagai toilet. Hampir tidak ada sisi gedung yang tidak terkena sinar matahari sehingga menghemat penggunaan listrik untuk penerangan, terutama di siang hari.

Dibandingkan dengan gedung-gedung dengan kapasitas serupa, penggunaan energi di BCA Academy jauh lebih hemat. Berdasarkan tarif listrik 21,69 sen per kwh, bangunan ini berhasil menghemat pengeluaran hingga 84.000 dollar Singapura per tahun.

Sejumlah fitur menarik dari bangunan seluas 4.500 meter persegi itu antara lain sistem peneduh yang ditempatkan secara strategis sehingga bangunan terlindung dari terik matahari, namun interior bangunan tetap mendapat cahaya alami.

Di negara tropis, penggunaan energi listrik terbesar adalah untuk air conditioner. Para arsitek BCA menyiasati tingginya temperatur dengan tanaman rambat yang ditanam secara vertikal. Ada dua manfaat sekaligus dengan sistem ini, yaitu dinding terlindung dari paparan langsung sinar matahari sekaligus untuk menurunkan temperatur dalam ruangan.



 


2.GEDUNG PT DAHANA

Tanggal 20 Januari 2012, berlokasi di Subang Jawa Barat, GBC Indonesia menganugerahkan sertifikat resmi Green Building untuk yang pertama kalinya bagi sebuah bangunan baru. Gedung tersebut adalah gedung Energetic Material Centre, kantor manajemen pusat (Kampus) PT. Dahana (Persero). 

PT. Dahana sendiri adalah perusahaan BUMN yang bergerak di Industri bahan peledak untuk keperluan pertambangan. Sesuai dengan komitmen perusahaan yang menuju ke industri peledak yang semakin aman dan semakin menuju ke arah yang lebih ramah lingkungan, PT. Dahana berinisiatif untuk membangun sebuah bangunan dengan konsep Green Building.
Komponen eko arsitektur yang diterapkan di Dahana antara lain:
1. Konsumsi energi yang sangat rendah, yaitu 131 kWh/m2 per tahun. 
2. Sumber air menggunakan air sungai dengan pengolahan mandiri, air hujan, dan air kondensasi AC.
3. Pada siang hari tidak menggunakan lampu, dengan fitur lux sensor dan ditambah sensor gerak untuk mendeteksi keberadaan manusia. 
4. Penggunaan dual flush yang menggunakan air daur ulang. 
5. Penggunaan keran air sistem tekan yang dapat menutup sendiri.
6. Penyiraman tanaman dengan air daur ulang, dengan penyiraman sprinkler yang memiliki sensor kelembaban tanah agar pada saat hujan tidak perlu disiram. 
7. Fasiltas pedestrian yang teduh dari tanaman rambat hingga ke jalan utama
8. Zero run off, dengan mengalirkan air hujan ke kolam ikan di sekeliling bangunan, sisanya mengalir ke lansekap. 
9. Sumber tanaman adalah tanaman hasil budidaya di sekitar proyek
10. 60% dari luas area bangunan adalah area hijau (termasuk Green roof).
11. Menggunakan AC dengan refrigeran HFC yang ramah ozon
12. Penggunaan material ramah lingkungan, termasuk kayu yang bersertifikat legal, menggunakan prefab material.
13. Dilarang merokok di seluruh area gedung, termasuk pengawasan lebih dari satpam gedung. 
14. Ventilasi yang cukup, dengan sistem deteksi kadar CO2.
15. Perencanaan manajemen perawatan untuk menjaga kualitas Green Building agar tetap berkelanjutan.
16. Pemisahan sampah organik dan non-organik, diteruskan dengan pengomposan mandiri, kerjasama dengan pengepul setempat untuk sampah non-organik yang dapat didaur ulang, dan kerjasama dengan perusahaan pengolahan limbah B3. 
17. Kenyamanan adalah yang utama, dengan dilakukannya survey berkala kepada penghuni terkait kenyamanan gedung, serta sistem tindak lanjutnya. 
18. Adanya fasilitas parkir sepeda yang digunakan untuk transportasi pekerja dari rumah (mess) ke gedung, atau ke laboratorium lain. 
19. Gedung dibangun tahan gempa, sistem penanganan kebakaran yang ketat, dan memfasilitasi akses untuk penyandang cacat. 
20. 80% material bangunan berasal dari dalam negeri, ditambah dengan adanya sertifikat ISO 14001 pada pabrik material bangunan tersebut dari 32% seluruh material bangunan.


  




  
TUGAS ARSITEKTUR LINGKUNGAN
TUGAS 2

BANGUNAN HEMAT ENERGI

           Hemat energi adalah hal yang sangat dibutuhkan di era modern saat ini. Bicara tentang penghematan energi dari hal arsitektur, tentulah tak lepas dari segi bangunan. Bangunan zaman sekarang mulai bergeser dari yang namanya penghematan energi .  Semua mengutamakan aspek estetika tanpa menimbang dan memikirkan bahan bangunan yang dipergunakan . Padahal, jika dilihat efeknya tentu lebih banyak efek negatif yang ditimbulkan. Semakin banyak pemborosan energi , akan berdampak kurang baik untuk masa-masa yang akan datang. Perlu diketahui, bahwa masalah pemborosan energi secara umum sekitar 80% oleh faktor manusia dan 20% disebabkan oleh faktor teknis. Efisiensi energi penekanannya lebih ke demand side management (DSM), di masyarakat kadangkala efisiensi energi diartikan juga sebagai penghematan energi. 

            Menggunakan energi secara bijaksana bukan berarti penggunaan energi harus mengorbankan kenyamanan, misalnya membaca buku di ruangan gelap untuk menghemat lampu atau mematikan seluruh AC di gedung demi menghemat biaya listrik.  Hal ini juga mendesak kita untuk semakin kreatif dalam menciptakan inovasi-inovasi baru demi pengunaan energi yang efisien dan bijaksana.

Contoh tindakan yang menggunakan energi secara efisien adalah :
  1. Menggunakan lampu tipe compact fluorescent lamp (CFL) sebagai pengganti lampu pijar yang bisa menghemat penggunaan energi hingga 40% untuk menghasilkan intensitas cahaya yang sama,
  2. Memperbanyak jendela di langit-langit (skylights), sehingga bisa menghindari penggunaan lampu di siang hari.
  3. Menggunakan teknologi yang efisiensi energi,
  4. Mengaplikasikan teknologi proses produksi di industri yang hemat energi 

Berikut adalah contoh pengunaan bahan bangunan hemat energi di gedung  secara garis besar :
  1. Retrofitting Gedung
Proses merombak ulang sebuah bangunan, atau sebagai bagian dari bangunan yang telah dibangun, guna memaksimalkan performa gedung. Proses ini meliputi analisa kondisi gedung pada saat ini dan solusi yang memungkinkan gedung untuk beroperasi secara maksimal.Retrofitting ini juga meliputi beberapa pendekatan yang terdiri dari ilmu-ilmu yang berbeda seperti arsitektur, struktur gedung dapat dirombak agar lebih efisien misalnya dalam pemanfaatan cahaya alami, selain itu penempatan dinding yang strategis, langit cahaya alami di dalam ruangan. Sedangkan dari segi desain interior, penempatan furnitur dan pemilihan bahan bangunan juga mempengaruhi tingkat kenyamanan penggunaan gedung.


  1. Gedung harus memiliki sistem operasional dan peralatan yang juga hemat energi misalnya sistem HVAC (Heating, Ventilating and Air Conditioning) yang efisien, pencahayaan alami yang maksimal serta peralatan yang hemat energi. 
  2. Desain gedung hemat energi, membatasi lahan terbangun, layout sederhana, ruang mengalir, kualitas bangunan bermutu, efisiensi bahan, dan material ramah lingkungan. Atap-atap bangunan dikembangkan menjadi taman atap (roof garden, green roof) yang memiliki nilai ekologis tinggi (suhu udara turun, pencemaran berkurang, ruang hijau bertambah).


Berikut adalah bahan bangunan hemat energi yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari,
  1. Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah lingkungan. 
  2. Kerangka bangunan utama dan atap, sekarang material kayu sudah mulai digantikan material baja ringan. illegal logging akibat pembabatan kayu hutan yang tak terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang .Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan bakunya. Rangka atap dari baja memiliki keunggulan yaitu lebih kuat, antikarat, antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi teknik sipil.
  3. Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup modern), dengan desain khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi, hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik, kayu).                                      
  4. Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas matahari secara signifikan.
  5. Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovasi desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.
  6. Fungsi setiap ruang dalam rumah berbeda-beda sehingga membuat desain dan bahan lantai menjadi beragam, seperti marmer, granit, keramik, teraso, dan parquet. Merangkai lantai tidak selalu membutuhkan bahan yang mahal untuk tampil artistik.
  7. Konsep ramah lingkungan juga telah merambah ke dunia sanitasi. Septic tank dengan penyaring biologis (biological filter septic tank) berbahanfiberglass dirancang dengan teknologi khusus untuk tidak mencemari lingkungan, memiliki sistem penguraian secara bertahap, dilengkapi dengan sistem desinfektan, hemat lahan, antibocor atau tidak rembes, tahan korosi, pemasangan mudah dan cepat, serta tidak membutuhkan perawatan khusus.
  8. Penggunaan panel sel surya meringankan kebutuhan energi listrik bangunan dan memberikan keuntungan tidak perlu takut kebakaran, hubungan pendek (korsleting), bebas polusi, hemat      listrik, hemat biaya listrik, dan rendah perawatan. Panel sel surya diletakkan di atas atap, berada tepat pada jalur sinar matahari dari timur ke barat dengan posisi miring. Kapasitas panel sel surya harus terus ditingkatkan sehingga kelak dapat memenuhi kebutuhan energi listrik setiap bangunan.